*Jika (Linkbucks AD) atau banner diatas halaman mengganggu klik saja HIDE FRAME

Sabtu, 16 Juli 2011

Home » » Komplotan Quraisy mau membunuh Muhammad

Komplotan Quraisy mau membunuh Muhammad

Apabila iman itu merupakan landasan yang paling kuat, yang
akan membuat segalanya di hadapan kita menjadi kecil, dan
untuk itu dengan segala senang hati orang mengorbankan harta
bendanya, kesenangan, kebebasan dan seluruh hidupnya, apabila
penganiayaan itu dengan sendirinya akan membuat iman seseorang
bertambah dalam, maka penganiayaan dan pengorbanan yang
terus-menerus itu bagi seorang mukmin akan membuatnya ia
merenungkan lebih dalam lagi, akan memberinya ruangan yang
lebih luas serta pengertian tentang kebenaran yang lebih dalam
dan kuat. Dahulu Muhammad pernah menganjurkan kepada
pengikut-pengikutnya supaya mereka mengungsi ke Abisinia
daerah Kristen, karena di situ ada kebenaran, ada seorang raja
yang adil. Maka akan lebih baiklah bila sekarang kaum Muslimin
itu mengungsi ke Yathrib, dapat saling memperkuat diri dengan
sahabat-sahabat kaum Muslimin di sana, dapat saling
tolong-menolong dalam menahan bahaya yang mungkin menimpa
mereka. Dengan begitu mereka akan mendapat kebebasan dalam
merenungkan agama serta berterang-terang pula guna mengangkat
martabat mereka, sebagai jaminan suksesnya dakwah agama ini,
suatu dakwah yang tidak mengenal paksaan, melainkan dasarnya
adalah kasih-sayang, dapat meyakinkan dan bertukar pikiran
dengan cara yang baik.

Tahun ini - 622 M - jemaah haji dari Yathrib praktis jumlahnya
banyak sekali, terdiri dari tujuhpuluh lima orang, tujuhpuluh
tiga pria dan dua wanita. Mengetahui kedatangan mereka ini,
terpikir oleh Muhammad akan mengadakan suatu ikrar lagi, tidak
terbatas hanya pada seruan kepada Islam seperti selama ini,
yang selama tigabelas tahun ini terus-menerus dilakukannya,
dengan lemah-lembut, dengan segala kesabaran menang gung
pelbagai macam pengorbanan dan kesakitan - melainkan kini
lebih jauh lagi dari itu. Ikrar itu hendaknya menjadi suatu
pakta persekutuan, yang dengan demikian kaum Muslimin dapat
mempertahankan diri: pukulan dibalas dengan pukulan, serangan
dengan serangan. Muhammad lalu mengadakan pertemuan rahasia
dengan pemimpin-pemimpin mereka.

Setelah ada kesediaan mereka, dijanjikannya pertemuan itu akan
diadakan di 'Aqaba pada tengah malam pada hari-hari Tasyriq.3
Peristiwa ini oleh Muslimin Yathrib tetap dirahasiakan dari
kaum musyrik yang datang bersama-sama mereka. Menunggu sampai
lewat sepertiga malam dari janji mereka dengan Nabi, mereka
keluar meninggalkan kemah, pergi mengendap-endap seperti
burung ayam-ayam, sembunyi-sembunyi jangan sampai rahasia itu
terbongkar.

Sesampai mereka di gunung 'Aqaba, mereka semua memanjati
lereng-lereng gunung tersebut, demikian juga kedua wanita itu.
Mereka tinggal di tempat ini menunggu kedatangan Rasul.

Kemudian Muhammad pun datang, bersama pamannya 'Abbas b.
Abd'l-Muttalib - yang pada waktu itu masih menganut
kepercayaan golongannya sendiri. Akan tetapi sejak sebelum itu
ia sudah mengetahui dari kemenakannya ini akan adanya suatu
pakta persekutuan; dan adakalanya hal ini dapat mengakibatkan
perang. Disebutkan juga, bahwa dia sudah mengadakan perjanjian
dengan Keluarga Muttalib dan Keluarga Hasyim untuk melindungi
Muhammad. Maka dimintanya ketegasan kemanakannya itu dan
ketegasan golongannya sendiri, supaya jangan kelak timbul
bencana yang akan menimpa Keluarga Hasyim dan Keluarga
Muttalib, dan dengan demikian berarti orang-orang Yathrib itu
akan kehilangan pembela. Atas dasar itulah, maka 'Abbas yang
pertama kali bicara.

"Saudara-saudara dari Khazraj!" kata 'Abbas. "Posisi Muhammad
di tengah-tengah kami sudah sama-sama tuan-tuan ketahui. Kami
dan mereka yang sepaham dengan kami telah melindunginya dari
gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang
terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di
negerinya sendiri. Tetapi dia ingin bergabung dengan tuan-tuan
juga. Jadi kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati janji
seperti yang tuan-tuan berikan kepadanya itu dan dapat
melindunginya dari mereka yang menentangnya, maka silakanlah
tuan-tuan laksanakan. Akan tetapi, kalau tuan-tuan akan
menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di
tempat tuan-tuan, maka dari sekarang lebih baik tinggalkan
sajalah."

Setelah mendengar keterangan 'Abbas pihak Yathrib menjawab:
"Sudah kami dengar apa yang tuan katakan. Sekarang silakan
Rasulullah bicara. Kemukakanlah apa yang tuan senangi dan
disenangi Tuhan."

Setelah membacakan ayat-ayat Qur'an dan memberi semangat
Islam, Muhammad menjawab:

"Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti membela
isteri-isteri dan anak-anak tuan-tuan sendiri."

Ketika itu Al-Bara' b. Ma'rur hadir. Dia seorang pemimpin
masyarakat dan yang tertua di antara mereka. Sejak ikrar
'Aqaba pertama ia sudah Islam, dan menjalankan semua kewajiban
agama, kecuali dalam sembahyang ia berkiblat ke Ka'bah, sedang
Muhammad dan seluruh kaum Muslimin waktu itu masih berkiblat
ke al-Masjid'l-Aqsha. Oleh karena ia berselisih pendapat
dengan masyarakatnya sendiri, begitu mereka sampai di Mekah
segera mereka minta pertimbangan Nabi. Muhammad melarang
Al-Bara' berkiblat ke Ka'bah.

Setelah tadi Muhammad minta kepada Muslimin Yathrib supaya
membelanya seperti mereka membela isteri dan anak-anak mereka
sendiri, Al-Bara' segera mengulurkan tangan menyatakan
ikrarnya seraya berkata: "Rasulullah, kami sudah berikrar.
Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang sudah
kami warisi dari leluhur kami."

Tetapi sebelum Al-Bara' selesai bicara, Abu'l-Haitham
ibn't-Tayyihan datang menyela:

"Rasulullah, kami dengan orang-orang itu - yakni orang-orang
Yahudi - terikat oleh perjanjian, yang sudah akan kami
putuskan. Tetapi apa jadinya kalau kami lakukan ini lalu kelak
Tuhan memberikan kemenangan kepada tuan, tuan akan kembali
kepada masyarakat tuan dan meninggalkan kami?"

Muhammad tersenyum, dan katanya: "Tidak, saya sehidup semati
dengan tuan-tuan. Tuan-tuan adalah saya dan saya adalah
tuan-tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang tuan-tuan
perangi, dan saya akan berdamai dengan siapa saja yang
tuan-tuan ajak berdamai."

Tatkala mereka siap akan mengadakan ikrar itu, 'Abbas b.
'Ubada datang menyela dengan mengatakan: "Saudara-saudara dari
Khazraj. Untuk apakah kalian memberikan ikrar kepada orang
ini? Kamu menyatakan ikrar dengan dia tidak melakukan perang
terhadap yang hitam dan yang merah4 melawan orang-orang itu.5

Translate to | Terjemahkan ke :

0 komentar:

Posting Komentar